Recent Articles
Rabu, 04 November 2015
Rabu, 04 November 2015
- 1 Comment
LATAR BELAKANG SEJARAH
Berita
tentang nama Cirebon menurut sumber Portugis, didapat dari Tome Pires yang
mengunjungi Cirebon pada tahun 1513 yang menyebut Cirebon dengan “Cherimon”
menurut catatan Pires, Cirebon adalah sebuah pelabuhan yang indah dan selalu
ada tempat empat sampai lima kapal yang berlabuh disana.
![]() |
Cirebon abad 16-17
(Denyslombard, 2000)
|
Menurut sumber Belanda yang berkurun
abad 16 Masehi awal, Cirebon disebut sebagai “Charabon”, sedangkan dari sumber
yang lebih muda disebutnya dengan “Cheribon”, atau Tjerbon (Johan, 1995/1996:2
dalam Depdikbud, 1998:14). Sedangkan menurut naskah Carita Purwaka Caruban
Nagari, yang disusun oleh pangeran Arya Carbon pada 1720, istilah Cirebon
asalnya dari kata “Caruban” , kemudian “Carbon” dan akhirnya “Cirebon”.
Caruban
berarti campuran, karena tempat itu (Cirebon) dahulunya didiami oleh penduduk
dari berbagai bangsa, agama, bahasa, dan tulisan mereka menurut bawaannya
masing-masing serta pekerjaan mereka berlainan. Wali Sanga menyebutnya “puser
jagat” karena terletak di tengah-tengah pulau Jawa. Penduduk setempat
menyebutnya “Nagari Gede” yang kemudian menjadi “Garege” dan selanjutnya menjadi Grage. Menurut orang tua setempat Grage berasal dari “Glagi”, yaitu
nama udang kering bahan untuk membuat terasi. Secara kiratabasa (Volksetymologi)
berasal dari Ci-rebon. Ci bahasa sunda
berarti air dan rebon, sejenis udang kecil yang merupakan bahan membuat
terasi (Atja, 1972: 1 dalam Depdikbud, 1998:14).
Masa
Kesultanan
Awal
munculnya kekuasaan Cirebon ditandai pada abad ke-15 dimana Pakungwati, putri
dari Pangeran Walangsungsang (anak Prabu Siliwangi) menikah dengan Syarif
Hidayatullah (anak Putri Rarasantang yang menikah dengan bangsawan Mesir) yang
kemudian mengembangkan agama Islam dan kerajaan Islam Cirebon. Selain itu,
sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) juga menikah dengan putri kaisar Cina
bernama Ong Tien Nio. Perkawinan ini dibuktikan dengan banyaknya keramik Cina
sebagai hiasan tembok di dalam keraton, masjid, dan makam.
Masa
kejayaan kerajaan Cirebon adalah pada masa Sunan Gunung Jati atau sampai dengan
1649 M. Usaha-usahanya meliputi: memperluas wilayah kekuasaan hingga pelosok
Jawa Barat, memperbaiki sarana transportasi laut dan darat, membentuk pasukan
keamanan, dan mempererat persekutuan dengan Demak. (Sulendraningrat, 1984: 47
dalam Harkatiningsih, 2004: 10).
Sunan
Gunung Jati wafat pada 1568 M, dan digantikan oleh pangeran Pasarean.
Sepeninggal Pangeran Girilaya, terjadi
perebutan kekuasaan di kerajaan Cirebon dan keraton pada akhirnya dibagi
menjadi 3; yaitu keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.
Bangunan-bangunan:
![]() |
Gua Sunyaragi, terletak di
luar kota tepatnya di jalan Brigjen Dharsono. Merupakan bangunan taman (air)
bagi keluarga keraton dan sekaligus merupakan tempat untuk bersemadi.
|
![]() |
Keraton Kanoman Cirebon.
Terletak di jalan Kanoman dan berdekatan dengan lokasi pasar dan ruko-ruko
pemukiman Cina.
|
Langganan:
Postingan (Atom)